Selamat berkunjung di blog ini, jangan lupa tinggalkan komentar anda, terima kasih....

Minggu, 12 Juli 2009

Diskriminasi Pemerintah china terhadap Moslem Uyghur di Urumqi

Urumqi merupakan ibukota provinsi Xinjiang-Uyghur, yang termasuk sebagai kawasan otonomi khusus. Mayoritas penduduk di provinsi Xinjiang adalah etnis Uyghur, yang sebagian besar beragama Islam. Namun di Urumqi sendiri, mayoritas penduduk adalah etnis Han.
Kerusuhan etnis di Urumqi terjadi setelah ratusan warga kelompok minoritas Uyghur berunjuk rasa pada Minggu (5/7) sore. Mereka memrotes penanganan kasus kematian dua orang Uyghur di sebuah pabrik di Guangdong akhir Juni lalu yang di nilai terlalu diskrimitif.
Dua hari kemudian, kelompok keturunan China Han melakukan aksi pembalasan. Kelompok yang melengkapi diri dengan pemukul ini bergerak menuju lingkungan Uyghur. Langkah mereka dihentikan polisi dengan menggunakan gas air mata. Namun sebelumnya, belasan Uyghur telah sempat terluka. Abdul dari etnis Uyghur moslem menderita cedera kepala dan patah lengan karena dikeroyok 100 orang etnis Han. Kekerasan dan protes ini membuat hubungan antara etnis minoritas Uyghur dengan etnik Han di Xinjiang memanas. Kawasan Otonomi Xinjiang merupakan daerah strategis yang berbatasan dengan Rusia, Pakistan, Afghanistan, dan beberapa negara lainnya. Wilayah ini merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi berkat industri minyak dan gas.
Hampir setengah dari 20 juta penduduk provinsi Xinjiang adalah Uighur Muslim, namun mereka sudah lama mengeluhkan etnis Han China karena lebih sering diuntungkan oleh investasi dan subsidi pemerintah pusat, sementara sebagian besar rakyat beragama Islam yang lebih memiliki kesamaan bahasa dan budaya dengan Asia Tengah, merasa terpinggirkan.


Masyarakat yang berbicara bahasa Turki itu telah lama mengeluh mengenai penindasan dan diskriminasi di bawah kekuasaan China, tapi Beijing bersikeras pemerintah telah menyalurkan kemakmuran ekonomi ke wilayah tersebut.

Dalam wawancara dengan radio BBC, Rebiya Kadeer --Presiden Kongres Uighur Dunia-- membantah tuduhan resmi China bahwa dialah dalang kerusuhan itu, dan mengatakan tampaknya lebih banyak orang Uighur yang gugur dibandingkan dengan Han China.

"Dalam delapan tahun belakangan, orang Uighur dicap sebagai separatis, teroris dan ekstremis. Akibat propaganda dari pemerintah China ini, rakyat China mulai percaya bahwa orang Uighur adalah musuh dan mereka mulai membenci orang Uighur," kata Rebiya
Lebih lanjut di ungkapkan , Asgar Can etnis Uyghur yang tinggal di pengasingan di Jerman --tempat organisasi itu berpusat, mengatakan, "Sebagian orang telah memberi tahu kami 600 (orang tewas), yang lain telah mengatakan 800 orang. Kami memperkirakan bahwa jumlah itu adalah antara 600 dan 800 orang tewas dalam kerusuhan etnis tersebut.
Para pengunjuk rasa Uyghur yang didominasi perempuan mengatakan polisi mendatangi permukiman mereka untuk menelanjangi dan memeriksa para pria.

"Suami saya diperiksa dan ditahan bersama 300 orang lainnya," kata seorang pengunjuk rasa, Aynir.
"Pemerintah China mengatakan tidak ada sholat Jumat," kata seorang pria Uighur bernama Tursun di luar masjid Hantagri, salah satu masjid tertua di kota itu, sementara 100 polisi yang membawa senapan mesin dan pentungan bersiaga.
Kekerasan yang dialami orang Uighur menimbulkan gelombang protes Jumat di berbagai kota dunia seperti Ankara, Berlin, Canberra dan Istanbul.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan adalah yang paling keras melontarkan kecaman dan menyebut apa yang terjadi di Xinjiang sebagai "semacam pembantaian". Orang-orang Uighur di pengasingan mengklaim bahwa pasukan keamanan China bereaksi terlalu berlebihan atas protes damai dan menggunakan kekuasan mematikan.
Warga China menumpahkan kemarahan mereka secara online terhadap kerusuhan etnis itu. Namun mereka mesti main petak umpet untuk menghindari sensor pemerintah yang berusaha menghapus pesan yang diposting dan blog-blog berisi kecaman. Banyak blog yang hanya memposting kembali artikel-artikel dari media setempat mengenai kerusuhan itu, namun pada bagian dimana pembaca diundang untuk berkomentar, tertulis, "Tidak ada komentar untuk sementara waktu ini," suatu hal yang tidak biasa di tengah populernya blog di kalangan 300 juta pengguna internet di China.
Sejumlah halaman yang memposting tayangan grafis mengenai tubuh-tubuh yang habis dipukuli dan berdarah-darah, yang diambil selama atau setelah kerusuhan, juga dengan cepat dihapus.

1 komentar:

Arena Digital Studio mengatakan...

kabarnya baik2 boss