Selamat berkunjung di blog ini, jangan lupa tinggalkan komentar anda, terima kasih....

Sabtu, 16 Agustus 2008

Fenomena sapi gelonggongan


Kurang populer memang, tapi inilah fenomena yang terjadi di Rumah Potong Hewan kecamatan Krian Sidoarjo. Mungkin tidak semua orang tahu bahwa daging sapi yang kita konsumsi sehari-hari adalah daging sapi gelonggongan, karena sulit untuk membedakan antara daging sapi normal dengan daging sapi gelonggongan.
Sapi gelonggongan adalah sapi yang sebelum mengalami proses pemotongan/disembelih, terlebih dahulu perutnya di isi air dengan cara memasukkan selang ke mulut sapi sampai kedalaman kira-kira 1,5 meter kedalam perut sapi, kemudian selang tersebut dialiri air, banyaknya air yang dimasukkan ke perut tergantung besar kecilnya ukuran sapi tersebut, apabila perut sapi sudah penuh berisi air , maka sapi di istirahatkan sejenak agar air yang di tampung di perut sapi meresap keseluruh tubuh sapi, untuk menghindari agar sapi tidak stress karena kelebihan dosis air di tubuhnya maka air yang diperut sapi di keluarkan sedikit demi sedikit dengan cara memasukkan selang air yang berdiameter 5 cm dengan panjang 1.5 meter, kemudian dimasukkan kemulut sapi secara perlahan, setelah sampai di bagian perut, selang air tersebut dikocok maka keluarlah sebagian air dari mulut sapi tersebut. Semua cara ini di lakukan agar sapi beratnya bertambah antara10 sampai 15 kg.

Bisa kita bayangkan rasa sakit yang dirasakan sapi disaat selang air yang berukuran besar di masukkan kemulut dan kerongkongan hingga sampai ke perut sapi, belum lagi beban air yang berlebihan di dalam tubuh sapi , jadi hewan ini mengalami peyiksaan yang hebat, menurut agama islam haram hukumnya dan oleh pemerintah juga dilarang.


H. Misto(nama samaran} adalah seorang blantik sapi di kecamatan Krian Sidoarjo yang sudah hampir dua tahun menggelonggong sapinya, menurut beliau semua ini di lakukan di sebabkan harga sapi di pasaran khususnya Jawa Timur terlalu mahal, tidak seimbang dengan harga daging di pasar tradisional. Harga grosir daging di RPH kecamatan Krian Sidoarjo mulai dulu memang terkenal paling murah di daerah Jawa Timur, sekarang ini saja per satu kilo hanya Rp 40.000,- padahal harga daging sapi nasional sudah mencapai Rp 50.000 per kilo. Fenomena inilah yang mengakibatkan sebagian Jagal sapi khususnya di krian Sidoarjo banyak yang gulung tikar alias bangkrut . Untuk tetap eksis di bisnisnya maka para jagal sapi membuat kesepakatan dengan para blantik sapi yaitu dengan cara mengelonggong sapi.

Sebenarnya H. Misto menyadari bahwa menggelonggong sapi adalah perbuatan yang dilarang oleh Pemerintah dan agama, berkali kali beliau harus berurusan dengan aparat hukum , bahkan wajahnya sempat menghiasi layar televise, tapi itu adalah hal yang biasa kata beliau . Untuk memuluskan usahanya H. Misto selain membuat kesepakatan dengan para jagal sapi juga harus bekerja sama dengan oknum aparat hukum, oleh karena itu setiap bulan harus menyetor uang siluman ke oknum- oknum aparat, untuk oknum Polres
sebesar Rp 2.500.000,- tiap bulan, belum lagi oknum Polsek setempat yang hampir tiga hari sekali datang untuk minta uang rokok{ istilah mereka}. Jadi H. Misto setiap bulan harus membayar oknum-oknum aparat kurang lebih sepuluh jutaan.


Begitulah H. Misto menjalankan bisnisnya tanpa ada perasaan bersalah sedikitpun , entah sampai kapan kita harus makan daging sapi gelonggongan ini?

Uraian diatas berdasarkan penuturan H. Misto kepada penulis yang masih satu profesi yaitu sama-sama kerja sebagai blantik sapi , busyett dah…..!

6 komentar:

Me mengatakan...

Iya pernah baca soal daging gelonggongan ini. Lha itu pak Haji sudah tahu kalau hukumnya haram kok masih juga dilakuin yach?

Gildo Kaldorana mengatakan...

Hi, ¿kalau kerja jadi guide pasti bisa bahasa spanyol kan?
Salam from Barcelona(Spain).
Dan salam kenal juga.

The Diary mengatakan...

iya nih... skrg semakin byk sapi gelonggongan jadi waspada kalo mau beli daging sapi :)

Ridho mengatakan...

Ngeri jg kalo beli daging sapi sekarang ini, apalagi udah mau masuk waktu lebaran.

Hidup Lebih Mulia mengatakan...

Salam Kenal,

Kebetulan saya sedang melakukan penelitian tentang daging-daging ilegal yang banyak beredar di

pasaran, sampai akhirnya tanpa sengaja saya menemukan blog ini.

Sebenarnya kita punya solusi sederhana untuk mengatasi hal ini: Jadilah vegetarian! ;-)
Bukan sedang bercanda atau mengada-ngada, tetapi sungguh banyak masyarakat kita yang tidak

tahu bahwa vegetarian adalah gaya hidup yang jauh lebih sehat dan efisien daripada pola makan

daging. Daging ilegal timbul karena mahalnya harga daging sementara masyarakat menuntut

harga murah. Akhirnya pedagang pun tergoda untuk menemukan solusi instan.

Sudah dibuktikan oleh PBB sekalipun bahwa pola makan daging tidak dapat terus kita

pertahankan diplanet dengan populasi 6,5 milyar jiwa. Peternakan membutuhkan lahan dan

energi pengolahan yang sangat besar. Peternakan bahkan penyumbang emisi gas rumah kaca

nomor 2 di dunia, atau dengan kata lain peternakan hanya kalah ganas dari sektor industri, tetapi

lebih buruk daripada sektor transportasi sekalipun! Silahkan lihat laporan dari PBB tersebut disini.

Saat ini kita juga sedang menghadapi krisis iklim terburuk dalam sejarah peradaban kita. Cuaca

makin tidak menentu, bencana alam makin mengganas, suhu udara terus meningkat dari tahun

ke tahun, permukaan air laut terus naik karena es di kutub bumi terus mencair. Masih banyak

lagi fenomena alam yang tidak perlu disebutkan disini karena keterbatasan tempat.

Dan sekali lagi PBB, NASA, universitas2 ternama di dunia sudah menyatakan bahwa Vegetarian

adalah solusi terfektif yang bisa dilakukan seorang individu untuk mencegah pemanasan global.
Media lokal kita pernah beberapa kali membahasnya, contohnya di dua link berikut ini:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/07/1154447/kurangi.makan.daging.cegah.perubahan.

iklim
http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=Mjg4NDA=

The New York Times merilis sebuah penelitian dari Universitas Chicago yang memperlihatkan

fakta bahwa seorang vegetarian dapat menghemat emisi karbon hingga 1,5 ton per tahun! Padahal

mengganti mobil biasa dengan mobil hibrida hanya menghemat 1 ton emisi karbon per tahun.
Untuk tahu lebih banyak, silahkan download buku Global Warming (tersedia versi Indonesia dan

Inggris) di:
http://hiduplebihmulia.wordpress.com

Maaf bila terlalu panjang, tetapi saya setulus hati ingin memaparkan fakta yang kurang

terpublikasi ini bagi semua masyarakat kita.

Terima kasih...

Arena Digital Studio mengatakan...

Kasian sapi2 itu.............